PARADIGMA BERPIKIR KRITIS

 


PARADIGMA BERPIKIR KRITIS

Paradigma

Paradigma dapat didefinisikan dalam berbagai macam pengertian, tergantung pada perspektif pengemuka teori tersebut. (Capra, 1991) dalam bukunya Tao of Physics menyatakan bahwa paradigma adalah asumsi dasar yang membutuhkan bukti pendukung untuk asumsi-asumsi yang ditegakkannya, dalam menggambarkan dan mewarnai interpretasinya terhadap realita sejarah sains. Sedangkan (Kuhn, 1962)dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution menyatakan bahwa paradigma adalah gabungan hasil kajian yang terdiri dari seperangkat konsep, nilai, teknik dll yang digunakan secara bersama dalam suatu komunitas untuk menentukan keabsahan suatu masalah berserta solusinya. Namun dari sekian banyak pengemuka yang membahas mengenai definisi paradigma, penulis  condong lebih bersepakat dengan pendapat (Diamastuti, 2012) bahwa paradigma adalah cara pandang seseorang mengenai suatu pokok permasalahan yang bersifat fundamental untuk memahami suatu ilmu maupun keyakinan dasar yang menuntun seorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Paradigma dapat menetukan prilaku manusia. Paradigma dapat pula mengarahkan manusia pada pembentukan sistematika konsep dalam sebuah kajian pengetahuan. Manusia membutuhkan paradigma berfikir dalam menentukan arah keputusan/tindakan aktivitas dalam hidupnya. Bahkan bagi sebagian orang, paradigma diartikan sebagai sebuah kepercayaan dalam aktivitas kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh (Guba, 1990) “a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first principles…a world view that defines, for its holder the nature of the world…”

Paradigma Kritis

Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan epistemologi kritik Marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya. Fakta menyatakan bahwa paradigma kritis yang diinspirasikan dari teori kritis tidak bisa melepaskan diri dari warisan Marxisme dalam seluruh filosofi pengetahuannya. Teori kritis pada satu pihak merupakan salah satu aliran ilmu sosial yang berbasis pada ide-ide Karl Marx dan Engels (Denzin, 2005).

Pengaruh idea marxisme - neo marxisme dan teori kritis mempengaruhi filsafat pengetahuan dari paradigma kritis. Asumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma adalah asumsi realitas yang tidak netral namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai serta kekuatan ekonomi, politik dan sosial. Oleh sebab itu, proyek utama dari paradigma kritis adalah pembebasan nilai dominasi dari kelompok yang ditindas. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana paradigma kritis memcoba membedah realitas dalam penelitian ilmiah, termasuk di dalamnya penelitian atau analisis kritis tentang teks media (Kamaruddin, 2013).

(Salim, 2006.) berpendapat bahwa Paradigma Kritis berpandangan unsur kebenaran adalah melekat pada keterpautan antara tindakan penelitian dengan situasi historis yang melingkupi. Penelitian tidak dapat terlepas dari konteks tertentu, misalnya situasi politik, kebudayaan, ekonomi, etnis dan gender. Peneliti juga harus mengembangkan penyadaran (conscientization). Hal ini menuntut sikap hati-hati dalam kegiatan penelitian, karena kegiatan penelitian dapat mengungkap ketidaktahuan dan salah pengertian. Tidak semua asumsi dan teori dapat memuat kebenaran, sehingga dalam proses kegiatan penelitian dimungkinkan pula diperoleh wawasan baru dalam cara berpikir tertentu. Bagaimana membangun kesatuan teori dan praksis? Hal inilah yang mendorong terjadinya transformasi dalam struktur kehidupan menurut paradigma kritis.

Kemudian ia juga memperkenalkan dua konsepsi dalam paradigma kritis ini. Pertama, kritik internal terhadap analisis argument dan metode yang digunakan dalam berbagai penelitian. Kritik ini memfokuskan pada alasan teoritis dan prosedur dalam memilih, mengumpulkan dan menilai data empiris. Paradigma ini lebih mementingkan pada alasan, prosedur dan bahasa yang digunakan dalam mengungkap kebenaran. Oleh karena itu, penilaian silang secara kontinyu dan pengamatan data secara intensif merupakan merk dagang dari paradigma ini. Kedua, makna kritis dalam reformulasi masalah logika. Logika bukan semata-mata pengaturan formal dan kriteria internal dalam pengamatan, tetapi juga melibatkan bentuk khusus pemikiran yang difokuskan pada skeptisisme dalam pengertian rasa ingin tahu terhadap institusi sosial dan konsepsi tentang realitas yang berkaitan dengan ide, pemikiran, dan bahasa melalui kondisi sosial historis.

Sebagai contoh dalam buku yang ditulis oleh (Freire, 2008) memperlihatkan mengenai konstruk paradigma berpikir kritis dalam aspek pendidikan. Ia mengemukakan bahwa Dominasi yang memengaruhi umat manusia adalah pendidikan yang "membelenggu" umat manusia sehingga tertindas, teraniaya di dalam hidupnya. Paulo Freire, kembali dengan lantang mengritik pendidikan "gaya bank" yang mencerminkan masyarakat tertindas secara keseluruhan yang menunjukkan kontradiksi:

1.     Guru mengajar, peserta didik belajar.

2.     Guru mengetahui segala sesuatu, peserta didik tidak tahu apa-apa.

3.     Guru berpikir, peserta didik dipikirkan.

4.     Guru bercerita, peserta didik mendengarkan.

5.     Guru mengatur dan peserta didik diatur.

6.     Guru memilih dan memaksakan pilihannya, dan peserta didik menyetujui.

7.     Guru berbuat, peserta didik membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya.

8.     Guru memilih bahan dan isi pelajaran, peserta didik menyesuaikan diri dengan dengan pelajaran itu.

9.     Guru mencampur adukkan kewenangan ilmu dan jabatan untuk menghalangi kebebasan peserta didik.

10.  Guru adalah subyek, peserta didik adalah obyek dalam proses belajar mengajar.

Paulo Freire mencoba menganalisa dan mengkaji fenomena sosial yang dipengaruhi keterlibatan situasi yang terjadi seperti definisi Salim diatas. Melalui konstruk paradigma kritis, Paulo Freire secara semiotik berhasil memunculkan fakta bahwa adanya pergeseran prinsip yang diakibatkan oleh kekacauan sistem secara parsial.

Sebagai kesimpulan, Paradigma berpikir kritis dapat difungsikan sebagai alat pembacaan realitas secara sistematis yang tetap dipengaruhi oleh situasi tertentu. Paradigma berpikir kritis berfokus pada metode skeptisme dalam mencari sebuah kebenaran. Paradigma berpikir kritis meninjau sebuah persoalan dengan detail sesuai data empiris. Maka dengan menerapkan paradigma berpikir kritis, diharapkan pengkajian suatu masalah dapat lebih efektif dan mudah dalam mengungkap persoalan dengan transparan.

 

Jakarta, 12 Desember 2022

Muhammad Rasyid Ridlo









Comments

Popular posts from this blog

IDEOLOGI

Konsepsi Kepemimpinan

Inti Sari Risalah Islam Berkemajuan