Konsepsi Kepemimpinan

KONSEPSI KEPEMIMPINAN

 

John W Gardner mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai proses pemujukan dimana individu-individu merangsang kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan pemimpin dan dikongsi bersama oleh pemimin dan pengikutnya. Kepemimpinan sering kali didefinisikan sebagai sebuah tindakan mempengaruhi sebuah kelompok dalam mencapai sebuah tujuan bersama. Walaupun dalam proses perjalanannya, tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan-tujuan pribadi dapat terlaksana pula. Sebagaimana definisi kepemimpinan dari C.W Mason bahwa kepemimpinan memperlihatkan kemampuan memperngaruhi orang-orang untuk mencapai hasil melalui himbauan emosional dan lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kekuasaan. Faktor emosional tidak dapat dilepaskan dari kegiatan bersosial manusia sebagai zoon politikon. Begitupula dalam konteks kepemimpinan. Karena dewasa ini fasilitas kekuasaan tidaklah cukup untuk mempengaruhi sekelompok orang, terutama kepada mereka yang memiliki kecendrungan tingkat professionalitas yang rendah.

Namun sebelum lebih jauh berbicara mengenai kepemimpinan, alangkah baiknya untuk memperhatikan proses lahir dan/atau terciptanya seorang pemimpin. Dikarenakan sebuah sistem ataupun konsep juga bergantung pada subjek. Syuaiban Muhammad pernah menjelaskan dua teori fundamental mengenai lahirnya seorang pemimpin, yaitu Teori Great man dan Teori Big Bang.

 

Teori Great Man

Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir dari kedua orangtuanya. Bennis dan Nunus (dalam Nawawi) menjelaskan bahwa teori Great Man berasumsi bahwa pemimpin dilahirkan bukan diciptkan. Menurut teori ini para pemimpin berasal dari keturunan tertentu (di Indonesia disebut keturunan berdarah biru) yang berhak menjadi pemimpin, sedang orang lain tidak ada pilihan kecuali menjadi orang yang dipimpin. Teori ini erat hubungannya dengan feodalisme. Dimana hanya keturunan sekelompok oranglah yang bisa menjadi pemimpin. Konteks “lahir” disini bukan hanya ditafsirkan sebagai sistem monarki yang melahirkan dengan kecocokan/kesesuaian genetik biologis, lebih daripada itu dapat ditafsirkan sebagai melahirkan dengan kecocokan/kesesuaian gen pemikiran, paham/ideology, dan afiliasi politik.

Pada prakteknya teori ini sering kita jumpai pada setiap momentum pergantian pimpinan dalam setiap level maupun jenjang. Dimulai dari kontestasi politik organisasi mahasiswa, sampai ketingkatan negara (sebagian orang menyebutnya politik identitas). Tidak jarang kita jumpai bahwa calon-calon pemimpin masa kini menjadikan teori Great Man sebagai senjata utama dalam memenangkan kontestasi menjadi pemimpin. bahkan sebagian dari mereka tidak segan-segan dan dengan bangganya mempublikasi bahwa mereka adalah keturunan tertentu, untuk menarik sejumlah suara agar dapat menjadi pemimpin. dan menggambarkan bahwa merekalah yang sangat pantas untuk menjadi pemimpin. tentu saja tidak salah apabila seseorang memiliki motivasi tinggi untuk menjadi pemimpin, karana pada dasarnya setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin. namun upaya mengdiskreditkan kapabilitas kepemimpinan dan hanya berfokus pada garis keturunan adalah langkah yang kurang tepat dalam menentukan pilihan.

 

Teori Big Bang

Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa “suatu peristiwa besar dapat menciptakan atau dapat membuat seseorang menjadi pemimpin. teori ini mengintergrasikan antara situasi dan pengikut/anggota organisasi sebagai jalan yang menghantarkan seseorang menjadi pemimpin. yang dimaksud peristiwa besar tersebut adalah dinamika-dinamika atau peristiwa-peristiwa besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, tekanan/ketersudutan, reformasi, atau degradasi-degradasi lainnya yang menyebabkan sebuah organisasi dalam kondisi yang memprihatinkan. Hal ini juga sering terjadi dalam sejarah perkembangan politik didunia. Banyak diantara pemimpin-pemimpin besar yang tercipta dari situasi menuju kehancuran. Pemimpin-pemimpin seperti inilah yang diharapkan dapat memulihkan kondisi/situasi kacau yang sedang berlangsung. Karna nahkoda tangguh tidak lahir dari lautan yang tenang.

kendati kemudian seorang pemimpin memerlukan seperangkat objek guna mempengaruhi kelompok dalam mencapai kepentingan atau tujuan bersama. dalam hal ini meminjam teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow sebagai berikut:

filosofis: rasa lapar dan rasa haus (kebutuhan pokok)

keamanan: merasa aman dan terlindungi, jauh dari bahaya

cinta dan rasa memiliki: berafiliasi dengan orang lain, diterima, dan memiliki

penghargaan: berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan

aktualisasi diri: moralitas, kreativitas, penerimaan fakta, dan problem solving.

hal hal tersebut diatas adalah motivasi kepemimpinan yang diyakini dapat dijadikan alat bagi seorang pemimpin untuk mempengaruhi kelompoknya kearah yang di inginkan. dari tingkatan terendah yaitu pendekatan motivasi filosofi menjadi faktor paling mudah untuk mempengaruhi sekelompok orang, dan sampai pada tingkatan tertinggi (paripurna) yaitu pendekatan aktualisasi diri sebagai tingkatan paling ideal dalam motivasi kepemimpinan. 

Kepemimpinan adalah sebuah sistem. Sistem yang terdiri dari seperangkat nilai, wacana, gagasan, dan teori yang terpolarisasi membentuk sebuah konsep. Banyak tipe/gaya kepemimpinan yang dapat dipelajari seperti; kepemimpinan otoriter, demokratis, transformatif, laissez faire, dan lain lain.

 

Kepemimpinan Nasionalis Indonesia

 


Kepemimpinan Nasionalis Indonesia adalah sebuah konsep yang lahir dari butir-butir poin pancasila yang diterjemahkan dengan beberapa tipe kepemimpinan. Kepemimpinan Nasionalis Indonesia merajuk pada common sense masyarakat Indonesia itu sendiri. Dimana Indonesia pernah mengalami masa masa sulit dalam perkembangan sejarahnya yang menyebabkan terciptanya pemimpin-pemimpin besar dalam upaya pemerdekaan bangsa Indonesia. Konsepsi Kepemimpinan Nasionalisme Indonesia berorientasi pada aspek masyarakat, bangsa, dan negara. Secara filosofis kepemimpinan Nasionalisme Indonesia melambangkan kedaulatan rakyat. Kendati demikian aktualisasi Kepemimpinan Nasionalisme Indonesia masih menjadi pr bagi pimpinan negara karna tindakan imperialisme ekonomi masih terus berlanjut.

 

Kepemimpinan Profetik

 


“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (Q.S Al-Ahzab:21)

Ayat diatas menerangkan bahwa sejatinya konsep kepemimpinan paling ideal dimuka bumi yang pernah ada adalah kepemimpimpinan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dengan segala sifat yang ia miliki (Sidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah). Dan didorong oleh ketaqwaan kepada Allah maka segala sesuatu yang dipandang tidak mungkin bisa menjadi mungkin seperti kisah Al Fatih dalam memimpin pasukannya ke konstatinopel.

Meminjam konsep kepemimpinan Profetik Kuntowijoyo yang bersumber dari Al-Imran ayat 110 bahwa kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membawa misi humanisasi, liberasi, dan transendensi.

 


Sejatinya kepemimpinan profetik memiliki mental untuk membebaskan. memerdekakan pemikiran menuju keparipurnaan dalam berpikir. Mengarahkan umat manusia dari jalan kegelapan kejalan yang terang benderang. Seperti pernataan El Syam, “Prophetic leadership is a model of leadership played by a choice of God (Prophet), to help mankind from the path of darkness (ulumāt), which means: ignorance, humiliation, backwardness, arbitrariness, monopoly, oligopoly, anarchy, instability, materalism, religious blasphemy, and others, toward the path of light (nūr), which means truth and science, for the development of human life”.

Siklus peradaban sebuah bangsa atau bahkan dunia selalu mengalami perubahan dalam kurun waktu setiap 20 tahun sekali. Pergolakan dinamika besar yang mengakibatkan dekadensi multidimensi sering kali menciptakan pemimpin- pemimpin besar. Dan apabila pandemic covid 19 yang telah berlangsung beberapa tahun ini dikategorikan sebagai krisis atau pergolakan besar, maka sudah seharusnya pemimpin-pemimpin besar muncul kepermukaan untuk dapat mengembalikan tatanan kehidupan dunia yang damai, keluar dari segala konflik dan penindasan, serta mengungkap segala kebohongan dan kemunafikan atas nama apapun di era posttruth ini.

 

Jakarta 6 agustus 2022

Muhammad Rasyid Ridlo.

 

 













Comments

Popular posts from this blog

IDEOLOGI

Inti Sari Risalah Islam Berkemajuan